Sejarah Suku Bukat

Suku Dunia ~ Bukat adalah salah satu kelompok orang Dayak yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Mereka terutama mendiami wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, terutama di wilayah Kecamatan Putisibau. Disini mereka berada di hulu sungai Mendalam, anak sungai kapus. Di antara desa permukiman mereka bernama Nanga Obat, dimana kata nanga itu berarti "sungai". Dari Putisibau desa itu bisa dicapai lewat sungai dengan speed boat sembilan HP selama kurang lebih 6,5 jam. Jumlah penduduk orang Bukat di Putusibau diperkirakan berjumlah sekitar 296 jiwa. Mereka ini dikategorikan sebagai masyarakat terasing.


Orang Bukat yang berdiam di desa Nanga Obat ini biasa disebut orang Bukat Mendalam. Sementara kelompok lain bernama Bukat Keriau yang berdiam di Sungai Keriau, yang juga anak sungai Kapuas. Sementara pendapat mengemukakan bahwa orang Bukat merupakan sub-kelompok dari orang Punan. Hal ini dianggap demikian karena orang Bukat sendiri memang sejak lama bersifat normadik. Kata punan itu sendiri memang berarti "berkemah", atau hidup berpindah-pindah sesuai dengan irama mata pencaharian guna menunjang kehidupan mereka.

Mata Pencaharian Suku Bukat

Memang seperti umumnya orang disebut Punan, orang Bukat pun hidup dari meramu, misalnya mengumpulkan hasil hutan, berburu, dan menangkap ikan. Mereka tidak memiliki rumah panjang, tidak berternak babi atau ayam, tidak menyadap karet. Bercocok tanam di ladang pun belum lama mereka kenal, karena sering ada kontak dengan orang Kayan. Dalam hal-hal tertentu orang Bukat berbeda dengan Punan yang menjadi tetangganya, misalnya dalam hal bahasa dan kesenian. Sementara pendapat memang menyatakan, bahwa satu kelompok "Punan" itu adalah "sayap" dari kelompok Dayak tertentu yang menetap.

Sebaliknya, orang Bukat dan Punan menunjukkan kesamaan yakni sama-sama sebagai pemasok hasil-hasil hutan bagi kelompok Dayak yang menetap untuk diperdagangkan dengan kelompok "Non-Dayak". Pola penghidupan memperdagangkan hasil hutan lewat perantara semacam ini memang telah diungkap oleh para peneliti, yang sudah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu antara masyarakat pedalaman Kalimantan ini, yang memang mempunyai keahlian yang luar biasa dalam mengumpulkan hasil-hasil alam itu. Hasil-hasil tersebut, misalnya bahan obat-obatan tradisional, perekat pembuatan kapal, sarang burung, telah menjadi incera dari daratan Asia (Cina, Arab) sejak berabad-abad yang lalu itu.

Kemahiran orang Bukat yang patut diungkap disini adalah berburu. Pengetahuan dalam menggunakan sumpit sebagai alat berburu selalu diajarkan kepada generasi muda agar menjadi terampil. Sumpit buatan orang Bukat terkenal mutunya yang baik di kalangan tetangganya seperti orang Kayan. Orang Kayan sering minta dibuatkan sumpit, yang bahannya dari sejenis kayu besi yang berwarna hitam pekat dan keras. Orang Bukat juga mempunyai teknik dasar berburu, kemampuan membaca jejak, ketajaman penciuman dan pandangan mata dalam mengamati sasaran, misalnya rusa. Kegiatan berburu ini, biasanya dilakukan dalam kelompok yang jumlahnya sekitar lima orang. Kelompok ini merupakan kelompok tetap. Perburuan itu juga dibantu oleh lima ekor anjing. Pemimpin dalam berburu ditentukan berdasarkan pengalaman dan keahlian.

Agama dan Kepercayaan Suku Bukat

Unsur luar yang telah mereka serap, misalnya ajaran agama Katolik. Sejak tahun 1970-an semakin banyak mereka memeluk agama ini. Berbagai norma adat (bulin-bulin) semakin tergeser perannya. Sejak tahun 1980 sampai dengan Inpres sudah masuk ke daerah mereka. Generasi mudanya sudah banyak yang tak buta huruf lagi. Gambaran dunia luar semakin menyusup ke dalam masyarakat ini.

Sumber : Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia oleh M. Junus Melalatoa

0 Response to "Sejarah Suku Bukat"

Posting Komentar